PESERTA PPL SMA WAHIDIYAH DISAMBATI AHLI KUBUR



Setiap usai melaksanakan Ujian nasional, para siswa IX SMP dan XII SMA Wahidiyah diwajibkan mengikuti program Praktik Penyiaran Lapangan atau PPL di daerah, sebagai salah satu syarat kelulusan. Kegiatan ini untuk melatih mental siswa agar siap diterjunkan ketika sudah pulang ke daerahnya nanti. Tahun ini, PPL SMA Wahidiyah dimulai pada tanggal 4 Mei 2017. Daerah yang dituju adalah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

elama 10 hari, mereka terjun langsung ke lapangan, merasakan langsung bagaimana berjuang di daerah serta menerapkan ilmu yang mereka dapatkan selama mondok di Kedunglo. Di antara para peserta PPL, salah satunya adalah Edo Ghozikin. Siswa asal Purwoasri ini ditempatkan di Desa Merakan Kecamatan Padang. Tidak hanya pengalaman penyiaran dan pembinaan saja yang Ia dapatkan, Edo juga mengalami peristiwa yang begitu menggugah hatinya.

Disambati Ahli Kubur Saat Khusyu’ Mujahadah


Ketika itu, Edo dan teman-teman sesama peserta PPL nya mengajar di sebuah Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ). Pulangnya, sekitar pukul 17.00 WIB mereka melaksanakan mujahadah di sebuah area pemakaman umum Desa Merakan. Saat bermujahadah bersama-sama, Edo begitu khusyu’ sehingga Ia pun menangis. Ia merasakan suasana saat itu seperti di dalam gua. Begitu tenang dan hening, bahkan seolah tidak mendengar rekan-rekan yang ada di kanan kirinya sama sekali.

Tiba-tiba Ia merasa sangat takut. Isak tangisnya pun semakin menjadi. Ketika sampai pada bacaan “Wa qul jaa al haqqu” yang ketiga kali, sebuah suara seperti berbisik di telinganya, datang dari kuburan yang dimujahadahinya. Suara tanpa rupa itu berkata sambil merintih,

Le, tulung dungakno Aku, keluargaku wes ra onok sing dungakno Aku. Jenengku Sri
artinya: Nak, Tolong doakan Aku, keluargaku sudah tidak ada yang mendoakan Aku. Namaku Sri.

Setelah itu, Edo merasa tubuhnya lemas. Selesai bermujahadah, Ia menceritakan pengalaman tersebut kepada rekan-rekannya. Sampai di posko PPL, Ia menanyakan kepada salah seorang warga Merakan, perihal Sri yang membisikinya di kuburan tadi. Dan warga tersebut mengiyakan bahwa beberapa bulan yang lalu ada orang yang meninggal bernama Sri.

Semoga pengalaman ini menjadikan Kita lebih peduli lagi kepada ahli kubur untuk mendoakan mereka. Terlebih sebentar lagi bulan Syawal, di saat pengamal diberi tuntunan untuk melaksanakan mujahadah di pemakaman selama 7 hari, mendoakan semua yang sudah wafat, tanpa terkecuali. (val, whd)


Sumber:
Majalah Aham Edisi 133 | Ramadhan 1438 H


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama