INGIN BERTEMU GURU KAMIL MUKAMMIL, BERANGKAT SAJA KE KEDUNGLO KEDIRI



Pengalaman rohani ini dialami oleh Dedy Yuana, ketua PW Lamongan. Perkenalannya dengan Wahidiyah bermula dari keinginan kuatnya untuk dapat berjumpa dengan Rasulullah SAW. Setelah melalui banyak pencarian, di Wahidiyah lah Ia menemukan jawaban. Berikut ini kisahnya:

Pertemuan dengan Selawat Wahidiyah


Bapak Saya berdarah Tionghoa dan Ibu Saya berdarah Jawa. Sejak remaja, Saya sering mendengar cerita tentang kehebatan dan keagungan Nabi Muhammad SAW. Dan sejak saat itu, dalam hati Saya terbesit keinginan untuk bertemu nabi muhammad SAW, melalui mimpi. Keinginan ini sering Saya ceritakan kepada beberapa tokoh agama, namun mereka tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan pikiran Saya.

Suatu hari, Saya bertemu dengan penyiar Wahidiyah dari Gresik yang bernama Mbah Nur Salim yang memberi Saya bacaan Ya Sayidi Ya Rasulullah. Saya disuruh membacanya sebanyak 5.000 kali. Mbah Nur Salim mengatakan, “Kalau Kamu ingin mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, membaca wirid ini harus disertai adab yang baik, dengan perasaan penuh dosa serta merasa sangat membutuhkan syafaatnya.

Ketika baru memasuki tiga malam Saya mengamalkannya, Saya bermimpi melihat pengajian umum yang dihadiri ribuan orang. Penceramahnya berpidato dengan bahasa Arab. Selesai pengajian, di antara hadirin mengatakan kepada Saya bahwa pemberi ceramah tersebut adalah Rasulullah SAW. Pada hari berikutnya, mimpi tersebut Saya ceritakan kepada Mbah Nur Salim, Ia menjawab bahwa pada masa sekarang ada ulama/kyai yang menjadi wakil Nabi Muhammad SAW, yaitu Raja Waliullah/Ghouts RA.

 
Pertemuan dengan Kanjeng Romo Kyai RA Secara Rohani dan Terjaga


Siapa saja yang ingin bertemu secara rohani, hendaklah membaca surah Al Fatihah 1.000 kali dan Ya Sayidi Ya Ayyuhal Ghouts 5.000 kali, dengan disertai adab/akhlak yang baik. Pada hari berikutnya, Saya pun melaksanakan pengamalan ketiga aurod tersebut. ketika mendapat 14 hari, waktu itu kira-kira jam 22.00 WIB, di tengah-tengah Mujahadah dan secara terjaga, tiba-tiba Saya dihadiri oleh seseorang (yang di kemudian hari Saya mengenalnya adalah Beliau Kanjeng romo Kyai RA) yang memakai jubah putih dengan rangkapan baju batik. Badan Saya gemetar dan terus menangis.

Selesai bermujahadah, Saya tertidur dan bermimpi bertemu Beliau lagi, dengan berpakaian seperti pada pertemuan secara terjaga. Beliau berkata, “Kalau ingin bertemu guru sejati, berangkat saja ke Kedunglo Kediri”. Beberapa hari setelah pengamalan 40 hari, Saya berangkat ke Kedunglo bersama beberapa pengamal Wahidiyah Kabupaten Lamongan untuk sowan kepada Kanjeng Romo Kyai RA.

Ketika Saya sudah berada di hadapan Beliau, Saya gemetaran karena ternyata Beliaulah yang yang sebelumnya telah menemui Saya baik secara rohani maupun terjaga. Kepada Beliau, Saya matur, “Kanjeng Romo, Saya mohon doa restu, ikut memperjuangkan Wahidiyah seperti pengamal Wahidiyah yang lain”. Beliau menjawab, “Amin, dan semoga berkah”. (Arsip DPPW)


Sumber:
Majalah Aham Edisi 140 | Agustus 2018 M / Dzulhijjah 1439 H


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama