SEMBUH SETELAH DIMUJAHADAHI



Satu minggu setelah Mujahadah Kubro, tepatnya Jumat tanggal 29 November 2013, Bapak Mohammad Tahir Asmara, Ketua PW Pamekasan mendapat telepon dari Pak Marzukan, seorang pengamal Sholawat Wahidiyah Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan. Ia mengabarkan bahwa saudaranya yang sakit saat ini sedang kritis. Pak Marzukan bermaksud meminta bantuan Mujahadah untuk saudaranya itu.

Keajaiban Pertama : Diminta Mujahadah Untuk Orang Sakit dan Berhasil Sembuh Melalui Air Kedunglo


Kala itu waktu telah menjelang maghrib, terlebih lagi lokasi rumah Pak Marzukan cukup jauh, sekitar 40 km. Ditambah lagi akses jalan menuju lokasi tidak mudah karena harus melewati perbukitan. Pak Tahir pun memutuskan untuk datang ke rumah saudara Pak Marzukan keesokan harinya. Keesokan harinya Pak Tahir berangkat menuju Desa Bujur Kecamatan Batumarmar seorang diri. Sesampainya di sana, Ia langsung menghubungi Pak Marzukan untuk diantar menuju rumah saudaranya itu.

Di rumah saudaranya Pak Marzukan, Pak Tahir mendapati para ibu-ibu yang menunggui saudara Pak Marzukan yang sakit itu namun hanya menangisi tanpa membaca doa atau Sholawat apa pun. Pak Tahir pun menyarankan ibu-ibu itu untuk berdoa dan membaca nida’ Ya Sayidi Ya Rasulullah. Pak Tahir setiap pulang dari Mujahadah Kubro selalu membawa pulang air dari sumur Mbah Ma’rowf RA berinisiatif memberikan air barokah itu kepada orang yang sakit tersebut. Ia berharap melalui air tersebut akan diberikan kesembuhan oleh Allah SWT.

Sebelum memberikan air barokah itu pada orang yang sakit, Pak Tahir bermujahadah, beraudiensi kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW wa Ghoutsu Hadzazzaman RA. Kemudian air barokah itu diberikan kepada si sakit sesendok demi sesendok lalu diusapkan ke wajahnya. Setelah suasana tenang dan sudara Pak Marzukan menjadi lebih baik kondisinya, Pak Tahir memohon diri untuk pulang terlebih dahulu. Sebelum berpamitan, “Mohon supaya terus nida’ Ya Sayidi Ya Rasulullah!”, pesan Pak Tahir kepada ibu-ibu yang mendampingi sebelum berpamitan.

Pak Tahir kembali berangkat menuju Desa Bujur keesokan harinya. Kali ini Ia tak sendiri, Ia ditemani oleh beberapa pengamal lainnya. Setibanya di sana, Pak Tahir mengajak bermujahadah untuk saudara Pak Marzukan yang sedang sakit itu. Setelah selesai bermujahadah, betapa terkejutnya Pak Tahir dan ketiga kawannya melihat orang yang sakit tersebut sudah bisa berjalan ke kamar mandi walaupun masih didampingi ibunya. Kesembuhan ini dapat dikatakan sebuah keajaiban karena kondisi sebelumnya kritis.

Keajaiban Kedua : Bensin Tetap Utuh Meski Dipakai Untuk Bermujahadah di Tempat yang Jauh


Selain keajaiban kesembuhan tadi, Pak tahir mendapatkan suatu hal yang sungguh di luar logika. Pada hari pertama ke Desa Bujur, Pak tahir sempat mengisi penuh tangki bensin motornya agar tidak kehabisan, mengingat jarak tempuh yang sangat jauh. Jarak dua kali perjalanan dari rumah Pak Tahir ke Desa Batumarmar adalah 80 km. Pak Tahir mengira, pasti bensinnya sudah habis.

Tetapi apa yang membuatnya kaget, alat deteksi bensin masih memperlihatkan bahwa motornya masih terisi penuh bahan bakar. Dan pada hari kedua, hanya berkurang satu strip, sungguh kejadian yang di luar logika. “Alhamdulillah perjalanan Kami dilindungi oleh Allah SWT, mendapat syafaat Rasulullah SAW serta doa restu Kanjeng Romo Yahi RA”, kata Pak Tahir penuh syukur.

Keajaiban Ketiga : Mendengar Bisikan Rohani untuk Tetap Bermujahadah, Akhirnya Pak Tahir Sembuh dari Sakit Gigi


Sebelumnya, pak tahir juga mengalami peristiwa yang membuatnya termotivasi untuk tetap berjuang dalam kondisi apapun. Sebagaimana bisa, setiap Ahad Ia mempunyai jadwal khusus untuk turba mengunjungi teman-teman pengamal yang ada di beberapa Kecamatan. Hal itu dilakukan untuk bermujahadah bersama, baik kegiatan Usbuiyah atau Syahriyah. Menjelalng Kubro, tepatnya Ahad malam Senin tanggal 10 November 2013, Ia harus turba ke salah satu Desa yang ada di Kecamatan Pademawu Pamekasan.

Namun acara tersebut hampir tertunda karena sudah beberapa hari terakhir ia sakit gigi. Sudah Ia obati tetapi reaksinya hanya sebentar, setelah itu kambuh lagi. Malam itu Pak Tahir sudah siap untuk berangkat, mengingat pengamal di Desa tersebut masih baru dan butuh pembinaan. Rasa sakit yang amat menyiksa hampir saja mengalahkan niatnya untuk turba. Ia pun kemudian mencoba berkonsentrasi, beraudiensi dan sambil menangis matur kepada Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo Yahi RA.

Kanjeng Romo, Saya hendak berangkat ke Desa Sapaah Kecamatan Pademawu untuk Usbuiyah bersama, mengingat pengamal di sana masih baru dan butuh pembinaan.” Tak berapa lama tiba-tiba Ia mendengar bisikan rohani, “Sudahlah, berangkat saja nanti sembuh.” Seketika itu juga Ia mengambil sepeda motor dan berangkat ke Desa tersebut. Pak Tahir sangat bersyukur Ia masih diingatkan dan diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk tetap berangkat berjuang.

Akhirnya Ia pun sampai di Desa Sapaah dan bisa bermujahadah bersama pengamal. Di sana Ia menceritakan bagaimana akhirnya bisa tetap berangkat meski dalam kondisi sakit. para pengamal mendengarkan dengan penuh rasa haru. (smesta_UJ)


Sumber:
Majalah Aham Edisi 113 | JUmadal Ula 1435 H


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama