Perjalanan Sumenep – Pelabuhan Kamal Ditempuh 30 Menit

Pada umumnya, perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi atau naik bus umum, jarak tempuh antara kota Sumenep dengan pelabuhan Kamal Bangkalan Madura, paling tidak memerlukan waktu 5 jam, itu pun jika perjalanan lancar. Lain halnya dengan kejadian yang dialami oleh Sumadi (pengamal dan khodim Perjuangan Wahidiyah Kabupaten Ponorogo Jawa Timur), yang menempuhnya hanya dalam waktu kurang dari 30 menit, dengan menggunakan kendaraan pick up. Kejadian ini dialami Pak Sumadi ketika pulang mengikuti mujahadah Nisfussanah Jawa Timur yang bertempat di kota Sumenep Madura (tahun 1996).

Berangkat Sendiri Naik Bis Umum untuk Mengikuti Mujahadah Nisfussanah Jawa Timur

Saat itu, Saya tidak busa berangkat ke Sumenep bersama rombongan yang diadakan oleh PW Ponorogo. Saya berangkat dari Ponorogo dengan menggunakan bus umum. Pukul 05.15 WIB Saya sampai di kota Sumenep. Bersamaan itu, ada dua orang yang sama-sama turun dengan bus yang sama dengan Saya. Yang mengherankan, kedua orang itu usianya sebaya, wajahnya sama, pakaiannya sama dan suaranya juga sama. Dan wajah mereka seperti wajah Kanjeng Romo Kyai RA.

Kepada Sumadi, salah seorang dari mereka memperkenalkan diri bahwa mereka warga Sumenep yang rumahnya dekat dengan pantai. Salah satu dari mereka bertanya, “Bapak akan ke mana?”, “Saya akan mengikuti mujahadah Wahidiyah Jawa Timur yang dilaksanakan di sini”, jawab Saya. Sambil menganggukkan kepala, orang tersebut bergegas meninggalkannya.

Diantar Orang Tak Dikenal dengan Perjalanan Super Singkat

Selesai acara mujahadah, peserta dari seluruh Jawa Timur pulang meninggalkan tempat acara. Sedangkan Saya masih menunggu bus umum (Sumenep – Surabaya). Sambil menunggu kendaraan Saya senantiasa tawajjuh dan mohon doa restu Kanjeng Romo Kyai RA. Lama sekali tidak ada bus umum yang lewat hingga waktu menjelang subuh. Dari masjid yang dekat dengan tempat Saya menunggu kendaraan, terdengar bacaan ayat Al-Qur’an tanda akan masuk waktu subuh.

Tidak lama kemudian, ada mobil pick up berhenti di depan Saya. Sopir bertanya, “Mau ke mana pak?”, “Ke Surabaya”, jawab Saya. “Kalau Begitu bersama Saya saja. Saya juga akan ke pelabuhan Kamal”. (penyeberangan Madura - Surabaya). Saya menerima tawaran itu, kemudian masuk mobil. Setelah mobil berjalan, Saya heran, sebab sopir dan teman yang duduk di sampingnya adalah orang yang pagi hari sama-sama turun bus dari Surabaya. Kedua orang ini, bajunya, suaranya, wajahnya, sama seperti pertemuan di pagi hari.

Saya ingin bertanya kepada kedua orang itu, akan tetapi Saya tidak mampu menggerakkan bibir, hingga hanya terbengong saja. Yang mengherankan lagi, kendaraan ini berjalan cepat sekali dan mendahului puluhan kendaraan di depannya. Tidak lama dalam perjalanan, kendaraan sampai di Kamal Bangkalan. Sopir berkata, “Pak, sudah sampai Kamal”. Dan Kami pun turun dari mobil. setelah Kami turun, sopir berkata, “Kami diperintah mengantarkan Bapak sampai sini”.

Saya hanya terbengong tanpa mampu berbicara. Sedangkan mobil berputar kembali ke arah Sumenep dengan melaju kencang dan sekejap saja mobil hilang dari pandangan Saya. Dan kemudian, Saya pun masih mendengar suara adzan subuh. Subhanallah. Wallahu a’lam bishshowab. (dppw)


Sumber:

Majalah Aham Edisi 152 | Agustus 2020 M | Dzulhijjah 1441 H

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama